LONDON, KOMPAS.com — Pendapat ilmuwan terkemuka asal Inggris, Stephen Hawking, yang mengabaikan peran Tuhan dalam penciptaan alam semesta tak sepenuhnya ditentang. Koleganya di Universitas Cambridge menduga Hawking mungkin salah mengartikan Tuhan sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab suci.
"Istilah Tuhan yang coba diungkap Stephen Hawking bukanlah Tuhan pencipta seperti yang dipercayai Ibrahim, yang merupakan penjelasan terbaik untuk menjelaskan mengapa sesuatu ada," ujar Denis Alexander, Direktur The Faraday Institute for Science and Religion, Jumat (3/9/2010).
Menurutnya, istilah Tuhan yang dikatakan Hawking adalah perwujudan yang mengisi celah-celah dalam ilmu sains yang belum terungkap. Padahal, pandangan terhadap sains dan keyakinan agama berbeda. Ia berpendapat, sains menjelaskan sesuatu dengan narasi yang hebat tentang terjadinya sesuatu, sementara teologi merupakan makna dari narasi tersebut.
Fraser Watts, seorang pendeta Anglican dan juga pakar sejarah sains dari Cambridge, mengatakan, keberadaan alam semesta bukanlah bukti adanya Tuhan. "Tuhan sebagai Pencipta merupakan penjelasan yang paling masuk akal dan kredibel untuk mencari tahu mengapa alam semesta ada, dan ada pendapat lebih masuk akal kalau Tuhan ada daripada tidak ada. Pandangan semacam ini tidak luluh dengan apa yang dijelaskan Hawking," katanya.
Dalam buku terbarunya berjudul The Grand Design yang akan segera terbit pada 9 September mendatang di Inggris, Hawking meyakinkan bahwa "M-Theory", sebuah bentuk dari string theory, bisa menjelaskan penciptaan alam semesta. Menurutnya, alam semesta bisa tercipta secara spontan karena adanya hukum gravitasi. "Tidak perlu membawa-bawa Tuhan seolah-olah Ia yang memicu terciptanya alam semesta," tulis Hawking.
"Istilah Tuhan yang coba diungkap Stephen Hawking bukanlah Tuhan pencipta seperti yang dipercayai Ibrahim, yang merupakan penjelasan terbaik untuk menjelaskan mengapa sesuatu ada," ujar Denis Alexander, Direktur The Faraday Institute for Science and Religion, Jumat (3/9/2010).
Menurutnya, istilah Tuhan yang dikatakan Hawking adalah perwujudan yang mengisi celah-celah dalam ilmu sains yang belum terungkap. Padahal, pandangan terhadap sains dan keyakinan agama berbeda. Ia berpendapat, sains menjelaskan sesuatu dengan narasi yang hebat tentang terjadinya sesuatu, sementara teologi merupakan makna dari narasi tersebut.
Fraser Watts, seorang pendeta Anglican dan juga pakar sejarah sains dari Cambridge, mengatakan, keberadaan alam semesta bukanlah bukti adanya Tuhan. "Tuhan sebagai Pencipta merupakan penjelasan yang paling masuk akal dan kredibel untuk mencari tahu mengapa alam semesta ada, dan ada pendapat lebih masuk akal kalau Tuhan ada daripada tidak ada. Pandangan semacam ini tidak luluh dengan apa yang dijelaskan Hawking," katanya.
Dalam buku terbarunya berjudul The Grand Design yang akan segera terbit pada 9 September mendatang di Inggris, Hawking meyakinkan bahwa "M-Theory", sebuah bentuk dari string theory, bisa menjelaskan penciptaan alam semesta. Menurutnya, alam semesta bisa tercipta secara spontan karena adanya hukum gravitasi. "Tidak perlu membawa-bawa Tuhan seolah-olah Ia yang memicu terciptanya alam semesta," tulis Hawking.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar